Sabtu, 19 April 2008

JANGAN SEKOLAH KALAU NGGAK PUNYA UANG

Sebagai orang Indonesia, banyak yang nggak boleh (nggak bisa) kita lakukan kalau nggak punya uang. Nggak Cuma urusan sekolah saja. Banyak’ jangan’ yang lain. ’Jangan sakit kalau nggak punya uang’, karena biaya rumah sakit malah bikin langsung sekarat. Terakhir malah ’jangan buang air di tempat umum kalau nggak punya uang’. Lha gimana, setiap tempat umum ada kotak uangnya di depan kamar mandinya. Pemerintah aja yang nggak becus ngurus warganya, sampai kamar mandi umum aja di’pajakin’. Payah..

Sebenarnya saya Cuma mau ngomongin tentang murid saya yang nggak bisa bayar SPP. Ceritanya, kata teman saya yang Pembina Pramuka, dia itu ketua Pramuka yang aktif dan bertanggung jawab sekali menjalankan tugasnya di Pramuka. Ibarat kata, tanpa dia Pramuka di sekolah ini bakal morat marit. Suatu ketika dia minta ijin ikut RAIMUNA. Eh, sama Waka urusan siswa yang dimintai ijin malah dia dimarah-marahin, karena dia belum beres urusan SPPnya. Walah, kok bisa? Apa hubungannya? Saya heran. Ternyata untuk ikut RAIMUNA itu diharap si anak bayar 50% dari semua biayanya yang dikeluarkan. Lha anak ini kan nggak mungkin bisa ikut bayar, wong duit SPP saja dia nunggak. Saya jadi pengen tahu, berapa lama dia nggak bayar SPP? Ternyata di kelas satu saja ada tiga bulan yang belum dibayar. Kelas dua ini malah dia belum bayar sama sekali. Waduh! Katanya dulu di kelas satu itu dia pernah dapat beasiswa, tapi terus berhenti entah kenapa.

Kasihan sekali, padahal anak ini selain aktif juga pintar. Kelas satu dulu dia murid saya. Nilainya lumayan. Sekarang dia masuk IA, kelasnya anak yang pinter karena kalau nggak pinter dia nggak mungkin bisa masuk IA. Meski di IS bukan berarti nggak ada anak pintar.

Cerita lain, ada anak yang sampai bilang sama teman saya ini (secara dulu di kelas satunya anak walinya dia), kalau dia mau deh dijadiin pembantu, atau buruh cuci setrika, supaya dia bisa dapet uang buat bayar SPP. Sebenarnya saya pengen banget bantu, tapi saya lagi nggak butuh pembantu. Pembantu di rumah sudah ada, dan urusan cuci baju saya dan anak-anak dihandle suami saya, setrikaan saya yang urus. Kalau pakai tukang cuci setrika jangan-jangan kami malah tambah gendut karena kurang aktivitas. Halah! Maksud saya, mending kalau ada rejeki saya bantu dia aja, nggak perlu dia jadi pembantu di rumah saya segala. Nerima orang jadi pembantu kan juga nggak sesederhana itu. Agak ribet urusannya.

Tadi pas rapat, ada informasi juga mengenai ini. Kata ’yang terhormat’ Waka Siswa tadi, uang beasiswa dari PEMKOT Semarang memang dikurangi. Sekolah ini yang dulu dapet kuota untuk 265 siswa, tahun ini Cuma dapet 150 siswa. Lha yang 115 siswa silakan cari sendiri, ngemis atau ngamen dimana kek... hehe. Kok jadi sarkasme gini. Lha wis, jengkel sekali, masak kuota itu dikurangi karena katanya Pemkot Semarang mau mengalokasikan dananya ke Karang Taruna dan RT RW. Walah!

Yah... akhirnya saya Cuma bisa bilang, ’jangan sekolah kalau nggak punya uang’.

Btw, saya jadi pengen bikin menggalang dana untuk anak-anak yang kurang mampu gini...ada yang minat untuk beramal?

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda