Minggu, 27 Januari 2008

PAK ARI HOMO

Pernah ada saudara yang bilang kalau Thomas Djorghi itu homo. Dengan ekstrim, dia mengutip kata-kata kakaknya yang tinggal di Jakarta, tempat asal muasal segala gosip selebritis,

” Mbok kamu telanjang di depannya (Thomas Djorghi, maksudnya), nggak bakalan dia tergerak, ”

Begitu kata kakak saudaraku pada saudaraku itu.

Wah kalau urusan telanjang, kukira nggak bisa dibuat ukuran. Itu kan relatif sekali. Meski tinggi, putih dan langsing, kukira tidak semua laki-laki normal akan terangsang melihat saudaraku itu telanjang. Kan selera orang lain-lain. Tapi yang jelas dia belum bisa digunakan buat ngukur apakah seorang laki-laki itu homo atau bukan. Menurutku dia kurang seksi dan kurang cantik. Jadi ya, jangan keburu nuduh Thomas homo kalau nggak terangsang lihat saudaraku itu telanjang. Wong memang saudaraku itu tidak terlalu merangsang.

Tahun lalu waktu aku mengajar anak kelas satu, ada yang bilang begini,

” Ma’am, pak Ari tu homo lho ma’am, ”

“ Alah, kamu ngegosip, aja,” kataku. Sebenarnya dalam hati aku sudah deg-degan.

Wah gosip baru nih, kataku dalam hati.

” Eh iya, lho ma’am. Dia paling suka sama Rahmat ma Gana, ”

Wah bukannya seneng dapet gosip hot aku malah jadi pengen ngakak. GELI. Anak-anak kalau bikin gosip memang enggak pakai mikir. Gimana nggak? Sebagai perempuan aku juga tahu lelaki seperti apa yang pantas digemesin meski level mereka masih ABG. Nah, dikata sex appeal, Rahmat ma Gana tu sex appealnya nggak terlalu menarik. Susah buat bikin orang bisa naksir mereka.

Rahmat yang tinggi kurus, item, keriting, mata sipit, bibir tebal (maaf banget ya Mat) dari segi fisik jelas tidak terlalu menarik. Dari sisi yang lain, bisa saja menarik, karena dia ternyata anak yang ramah dan punya rasa tanggung jawab tinggi. Nah, buat naksir dia, harus kenal lama dulu baru bisa tahu kelebihannya. Tapi buat digemesin? Nggak lah.

Gana? Tinggi, kurus, nggak seitem Rahmat tapi juga nggak ganteng amat (Sorry juga Gana). Dari segi kepribadian aku lebih suka Rahmat yang tegas dan penuh tanggung jawab. Lagian Gana suka nyontek. Ini pertanda buruk. Mending Rahmat yang sekarang jadi penuh usaha belajar. Gana lebih suka mengandalkan Rully, yang duduk si sebelahnya, yang memang lebih pintar.

Pak Ari homo? Aku jadi ingat jaman aku kuliah dulu. Aku punya teman dekat,cewek, yang ke mana-mana selalu berdua denganku. Lha gimana, mata kuliah yang kami ambil sama semua. Kalaupun dia ambil mata kuliah lebih banyak karena dia lebih pintar, itu juga dipakai untuk mengulang. Ada adik kelas yang mengatai kebersamaan kami dengan,

”Lesbi,”

Sialnya memang waktu itu kami tergabung dalam KRPS (Kelompok Rak Payu Sastra), alias kelompok buat jomblowan/jomblowati sejati dari Sastra Inggris. Mungkin anak itu pikir, daripada kami nyari cowok nggak dapet-dapet, mending kami saling suka aja. Kebetulan juga Reni putih bersih dan manis, aku sendiri item manis dan seksi (dulu). Mungkin bisa membuat kami saling tertarik satu sama lain.

Aku sebenrnya sebel banget sampai suatu ketika aku malah mimpi jatuh cinta pada Reni, temanku itu. Waktu aku bilang ke Reni bukannya marah atau ketawa karena mengganggap itu lucu dan nggak mungkin, dia malah bilang,

” Kan kata Sigmeund Freud dalam diri setiap orang memang ada potensi untuk suka sejenis, Wes,”

Walah, kok jadi serius gini. Dia memang mengambil mata kuliah pilihan Pengantar Psikologi. Tapi kan aku juga. Tapi kok aku belum pernah denger, ya? Ah, paling karena dia lebih rajin baca referensi hasil pinjeman dari Perpustakaan Wilayah. Tapi sejak itu kata-katanya tak pernah hilang dari ingatanku.

Menyukai sejenis? Lesbi? Apakah aku suka perempuan padahal aku sendiri perempuan? Wah, aku juga tidak bisa menjawab. Kadang aku suka juga melihat perempuan seksi pakai bikini. Tapi untuk sampai jatuh cinta dengan sesama perempuan, jelas ENGGAK BANGET. Yang paling oke yang sama suamiku sendiri. Sama lelaki lain saja aku ogah, kok malah sama perempuan. Walah! ENGGAK DEH.

Jadi, masalah apakah pak Ari homo, aku tidak bisa menjawab, sama tak bisanya kalau aku ditanya apakah aku lesbi atau bukan. Sialnya pak Ari memang masih singel sampai sekarang. Jadi orang dengan bebas memikirkan yang neko-neko. Aku sendiri. Orang pasti enggak mungkin tanya. Aku punya suami, punya anak. Masak mau digosipin kalau aku lesbi? Ya, kecuali orang itu memang lagi kekurangan bahan. Toh bukan berarti aku bisa meyakinkan mereka aku murni pencinta laki-laki, bukan?

Dan lagi pertanyaan diatas jelas tidak mungkin bisa dijawab hanya dengan bukti pak Ari suka sama Rahmat dan Gana. Karena seandainya aku jadi lesbipun aku pasti akan milih perempuan yang cantik, seksi dan wangi. Bukan yang dibawah standard apalagi bau. Huak kakkak.....

Jangan ngomongin orang kalau kita belum tahu diri kita sendiri.

Jangan-jangan kita malah lebih busuk dari orang yang kita omongin

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda